Namun ada kalanya ketika seseorang jatuh cinta, maka dia akan merasakan patah hati ketika dia kehilangan orang yang dicintainya. Dalam hal ini Allah sudah selalu memperingatkan hamba-Nya agar tidak pernah berharap kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 8 yang artinya: Hanya Yesus satu-satunya Juru Selamat karena Dia adalah Anak Allah yang dikirim ke dunia, menjelma menjadi manusia, sehingga Ia bisa menebus Saudara dan saya yang berdosa, dan datang untuk menyertai kita. Imanuel, berarti Allah menyertai kita. Kristus dikirim untuk membuktikan bahwa Allah tetap setia. Surat An-Nahl ayat 51: Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya, dan Dia menguatkan perintah-Nya itu dengan sendiri-Nya Dia memberikan nikmat. Oleh karena Dia Mahaesa dalam zat-Nya, sifat-Nya, nama-Nya dan perbuatan-Nya, maka beribadahlah hanya kepada-Nya. Yakni takutlah kepada-Ku saja, kerjakanlah Nah, dalam Surat Rasul Paulus kepada Timotius, ada penjelasan bahwa perjuangan kita tidak akan sia-sia karena Tuhan benar-benar memberikan harapan. โ€œItulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juru Selamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.โ€ 8. Amsal (17:22) Andaakan terhindar dari sakitnya rasa kecewa dalam sebuah pengharapan, bila Anda tahu caranya berharap hanya pada Allah SWT. Berharap pada janji manusia boleh-boleh saja, tapi sebelum Anda sepenuhnya percaya bingkailah terlebih dulu untuk mengharap pada Allah SWT, agar kenyataan yang tak sesuai dengan harapan tak serta merta menyakiti Anda. Anda akan mendapat kebahagiaan Anda dengan utuh, bila Anda tak hanya pandai mencari Allah SWT saat sedang susah saja. Vay Tiแปn Nhanh Chแป‰ Cแบงn Cmnd Nแปฃ Xแบฅu. Sebagai makhluk yang disebut manusia, kehidupan yang kita jalani sejauh ini merupakan sebuah perjalanan yang terikat oleh ruang dan waktu. Selalu berkaitan dengan dimana dan kapan. Secara umum, manusia dengan kecerdasan akalnya kemudian memperiodesasikan waktu dari satuan terkecil sampai terbesar dari mulai hitungan detik sampai tahun. Yang mana menurut hemat penulis ini menjadi kemudahan tersendiri bagi manusia untuk bisa lebih berharap bersikap efektif dan efisien dalam menjalani kehidupan yang kompleks ini. Dalam periodesasi hitungan detik, menit, atau jam, mungkin tak akan menjadi suatu hal yang menarik; jika kemudian menjadi bahan pembahasan ataupun pembicaraan hal layak pada umumnya. Namun jika membicarakan soal tahun maka semua mata akan tertuju salah satunya pada masa akhir dari setiap tahunnya. Selain daripada terdapat perayaan natal bagi umat nasrani dan juga menjadi hari libur bagi siswa-siswi sekolah dasar hingga menengah, moment pergantian tahun di setiap tahunnya pasti seakan menjadi moment yang seakan spesial dan diistimewakan. Tak bisa dipungkiri, misal kita saksikan lewat media sosial kita saja, betapa banyak orang-orang diluar sana; yang sudah memilik planing berlibur/bersenang-senang sejakjauh-jauh hari, menyiapkan petasan atau kembang api, dan segala aktivitas-aktivitas lainnya dengan label tahun baruanโ€™. Fenomena semacam itu memang tak bisa terelakan dan seakan sudah menjadi seperti budaya di kalangan kaum muda khususnya. Karena memang di satu sisi biasanya bertepatan dengan hari libur, di sisi lain ada moment perayaan kembang api yang notabenenya menjadi perhatian di akhir malam bulan Desember tersebut. Hati-Hati, Berharap Pada Tuhan atau Tahun? Namun, terlepas dari fenomena-fenomena tahun baruan diatas sebenarnya ada satu hal menarik lainnya yang agaknya juga patut mendapat perhatian khusus. Fenomena berharap pada tahun yang akan datang mungkin juga tak asing terdengar ataupun terlihat lewat teks-teks di laman media sosial ataupun lainnya. Fenomena semacam ini biasanya berisikan narasi pengharapan pada tahun berikutnya agar tidak terjadi hal-hal โ€“ biasanya yang negatif menurut subyeknya masing-masing โ€“ yang sudah terjadi dalam kurun waktu 12 bulan terakhir mereka jalani. Isi dari setiap pesannya memang hampir sebagian besar pesan positif dan membangun. Momen di penghujung tahun memang dirasa oleh banyak orang; sebagai moment yang tepat tuk merekap apa-apa yang telah dilaluinya dan dijalaninya selama setahun tersebut. Maka kemudian tak aneh jika banyak pula yang punya harapan besar tuk dirinya di tahun yang akan datang. Namun yang perlu diperhatikan dari fenomena tersebut tentunya jika permohonan/pesan ditujukan dengan berharap pada tahun yang esensinya hanya sebuah satuan waktu, bukan pada Tuhan sebagai pengatur waktu tersebut, tentu ini keliru. *** Dan amat disayangkan sebenarnya jika ini turut dilakukan oleh umat muslim khususnya kaula muda yang mudah mengikuti euforia. Bukan maksud memberi pelarangan, karena tentunya berharap/memohon akan suatu hal yang lebih baik; merupakan sudah menjadi naluri dari manusia dan juga merupakan perbuatan yang positif. Bahkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiallaahu anha, Rasulullah pun bahkan pernah mengajarkan sebuah doa kepadanya; yang mana isinya beliau meminta akan hal-hal baik dan memohon tuk dilindungi dari hal-hal buruk. Dan tentu yang kemudian membedakan apa yang Rasulullah ajarkan ialah pengharapannya yang tertuju pada Allah dan doanya pun; tanpa spesifikasi terkait kapan pengaplikasiannya. Inilah yang semestinya turut juga diamalkan dan dilakukan oleh setiap muslim dimanapun berada. Sudah barang tentu menjadi perhatian jikalau setiap permohonan dan pengharapan itu disandarkan dan ditujukan hanya kepada Allah selaku Sang Penyayang. Euforia yang biasa terjadi di akhir tahun ini sudah seharusnya ditanggapi dengan lebih bijak dengan tetap berpijak pada jalan Islam. Pengarahapan yang kita ucapkan perlulah kita niatkan dan sandarkan semata kepada Allah. Begitupun jika pengharapan kita terbingkai dalam satuan waktu tertentu. Sehingga kemudian kita pun akan teringat bahwa perubahan yang kita harapkan pun; tentu atas seizin-Nya dan bukan ruang ataupun waktu yang menghendaki. Berharap Hal Baik Tak Perlu Tunggu Akhir Tahun Sama halnya dengan momentum kembang api di penutup malam terakhir bulan Desember, fenomena berseliwerannya narasi-narasi membangun yang ditujukan tuk setiap dirinya masing-masing akan hal-hal baik yang diinginkannya merupakan suatu hal yang tak kan asing kita jumpai di setiap penutup akhir tahun. Setiap orang punya harapannya masing-masing yang biasanya berangkat dari keresahan, kegelisahan, ataupun kecemasan yang sudah dirasakannya. Maka hal tersebut nampaknya jika dalam Islam kita kenal sebagai bentuk muhasabah diri atau dalam istilah umumnya bisa juga disebut sebagai kontemplasi. Dalam Islam sendiri muhasabah diri atau merenungi segala perbuatan yang telah diperbuat untuk kemudian diperbaiki merupakan sebuah anjuran. Sebagaimana termaktub dalam surat Al-Hasyr [59] ayat 18 yang artinya, โ€œWahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.โ€. Kutipan ayat tersebut merupakan perintah tuk bertakwa sekaligus anjuran bagi kita selaku muslim untuk memperhatikan muhasabah diri setiap apa-apa yang kita lakukan. *** Jelaslah dalam ayat tersebut pun bahwa anjuran untuk memperhatikan setiap perbuatan yang hendak dan juga; yang telah kita lakukan tidak terikat akan waktu-waktu khusus. Juga dalam doa-doa terkait memohon suatu kebaikan atau perlindungan akan hal buruk pun; nampaknya tidak ada anjuran atau arahan untuk melakukan doa tersebut di saat-saat tertentu. Maka dari itu, sudah semestinya euforia evaluasi diri di penghujung tahun yang dilanjutkan dengan permohonan akan hal-hal yang lebih baik lagi di kemudian hari tidak hanya hadir ketika dekat moment pergantian tahun. Melainkan sudah tentu harus dilakukan juga di hari-hari biasa atau bahkan setiap hari. Dan perlu diingat, ini bukan berarti melarang memohon harapan di saat penghujung tahun tiba. Namun hanya sekadar bagaimana kita arif & bijak menyikapi fenomena tersebut dengan nafas Islam. Yakni dengan meniatkan dan menyandarkan pengharapan tersebut hanya kepada Allah semata dan juga tidak hanya melakukannya di setiap menjelang penutup tahun saja. Melainkan harus juga dilakukan setiap harinya atau di hari-hari biasanya. Karena sejatinya diri kita tak perlu menunda-nunda dalam hal evaluasi diri. Selalu ada kesalahan pastinya di setiap hari-hari yang kita lalui. Dan sebaik-baiknya tempat untuk memohon ampun dan berharap akan sesuatu yang lebih baik terebut tidak lain dan tidak bukan tentu hanya kepada Allah SWT. Editor An-Najmi Jangan Terlalu Mengharapkan Bantuan Sama Orang Lain Kita pasti pernah berharap sama manusia. Misalnya berharap balasan kenaikan gaji? Berharap penawaran spesial jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan saat cita-cita tersebut tidak terwujud? Atau cuma menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, sedih dan marah kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai impian dan keinginan adalah hal yang normal. Namun kalau mengharapkan bantuan kepada Makhluk, maka kita akan senantiasa memikirkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada realita. Jika telah lupa pada realita akan menciptakan logika sehat kita tertutup. Padahal realita tidak senantiasa indah. Bisa saja harapan tersebut sirna dan menciptakan tertekan dan kecewa. Lalu semestinya apa yang mesti dilaksanakan biar tidak terlalu berharap lebih pada selain Allah? supaya menghalangi rasa kecewa dan marah? apalagi saat impian selama ini tak menjadi realita? Rasa kecewa muncul kalau menggantungkan impian yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang Lain mempunyai kekurangan. Mereka sama mirip kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita minimalkan berharap banyak selain Allah. Cukup Allah saja. Sayyidina Ali pernah berkata โ€œAku telah pernah mencicipi semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap terhadap insan.โ€ Ali bin Abi Thalib Imam Syafiโ€™i berkata โ€œKetika kau berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya impian-harapan kosong. Allah tak suka jika ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya semoga ia kembali berharap cuma kepada Allah SWT.โ€ Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ูฐ ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ููŽุงุฑู’ุบูŽุจู’ โ€œdan cuma kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharapโ€ Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Taโ€™ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun kesudahannya, kita akan pasrah dan damai, sebab itu telah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Status Jangan Berharap Lebih Pada Orang Lain, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Taโ€™ala. Wallahu Alam. Berharaplah hanya kepada Allah, karena hanya Allah lah yang tidak akan pernah mengecewakanmu. Jangan berharap kepada manusia, karena engkau akan kecewa. Imam Syafiโ€™i mengatakan, โ€œKetika hatimu terlalu berharap pada seseorang, maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya pengharapan supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui orang yang berharap pada selain-Nya, Allah menghalangi dari perkara tersebut semata agar ia kembali berharap kepada Allah.โ€ Maka, apabila kita memiliki harapan kepada sesama manusia, kembalilah berharap itu kepada Allah SWT. Kenapa? Karena kalau kita terlalu berharap pada manusia, kita pasti akan kecewa. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra. pernah bersabda, โ€œAku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.โ€ Berharaplah hanya pada hanya pada Allah Taโ€™ala, Dzat yang paling tinggi. Tak ada yang menandingi. Sebagaimana Allah berfirman, โ€œDan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap,โ€ QS. Al-Insyirah 8 Allah Taโ€™ala pun berfirman โ€œKarena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.โ€ QS. Al-Insyirah 5-6. Ini merupakan kabar gembira yang sangat besar, bahwa ketika ditemui sebuah kesulitan pasti akan diiringi dengan kemudahan. Sampai-sampai, andaikan kesulitan itu masuk ke lubang biawak, niscaya kemudahan pun akan masuk ke dalamnya kemudian mengeluarkannya. Sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Taโ€™ala, โ€œโ€ฆAllah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.โ€ QS. Ath-Thalaq 7 Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda โ€œSesungguhnya bersama kesedihan itu ada jalan keluar dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.โ€ HR. Ahmad. Hal ini pun diperkuat tafsir dari Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Saโ€™di yang menyatakan, satu kesulitan tidak akan pernah mungkin mengalahkan dua kemudahan. Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda โ€œTidaklah seorang Mukmin ditimpa rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapus dosa-dosanya dengan sebab itu.โ€ HR. Muslim, Ini semua lagi-lagi menjadi bukti bahwa kesulitan yang dihadapi manusia tidak akan selamanya. Ibarat hujan, ia akan berhenti dan melengkungkan warna indah pelangi. Ketika kita dilanda kesedihan, perbanyak istighfar mampu menjadi jalan kesembuhan bagi kesedihan kita. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda โ€œBarangsiapa memperbanyak istighfar mohon ampun kepada Allah niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar, dan untuk setiap kesempitannya kelapangan, dan Allah akan memberinya rizki yang halal dari arah yang tidak disangka-sangka.โ€ HR. Ahmad, Al Musnad Umar bin Khattab radhiyallahu anhu pun pernah bersabda, โ€œSebaik-baiknya kehidupan yang kami dapati adalah dengan kesabaran.โ€ Karena kesabaran mampu menyentuh langit dan menurunkan kasih sayang Allah Taโ€™ala kepada kita, sehingga Dia hilangkan kesulitan dan kedukaan kita karenanya. Astaghfirullah! Ya Allah, ampuni hamba yang terlalu berharap kepada selain-Mu. Kau telah timpakan pedihnya pengharapan selain kepada-Mu. Ya Allah, izinkanlah kami untuk selalu berharap kepada-Mu ya Rabb, agar kami terhindar dari kekecewaan karena terlalu berharap kepada selain-Mu. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu berharap hanya kepada Allah. Hits 9967 Sri Wahyuni Continue Reading ๏ปฟKHUTBAH JUMAT Hanya Berharap Kepada Allah ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ู‘ูŽุฐููŠ ุฃูŽู†ู’ุนูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุจูŽุงุญูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุงู„ุชู‘ูŽูƒูŽุณู‘ูุจูŽ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู†ู’ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุญูŽู„ุงูŽู„ูุŒ ูˆูŽุดูŽุฑูŽุนูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุชูŽุตู’ุฑููŠู’ููŽู‡ูŽุง ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูุฑู’ุถููŠู’ ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุนูŽุงู„ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ุฌูŽู„ุงูŽู„ู ูˆูŽุงู„ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูููŠู’ ุจูŽุฐู’ู„ู ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุงุŒ ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูุŒ ุงุชู‘ูŽู‚ููˆู’ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฏู‘ููˆู’ุง ู…ูŽุง ุฃูŽูˆู’ุฌูŽุจูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูููŠู’ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽู„ููƒูู…ู’ Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Kita bersyukur kepada Allah yang masih memberikan iman dan islam di dalam jiwa dan raga. Dua karunia sebagai bekal Sentosa di dunia dan alam setelahnya. Allah juga masih memberi kita nikmat aman menjalankan syariat agama. Menunaikan shalat tanpa todongan senjata, membaca quran dan mengagungkan syiar islam tanpa takut hilang nyawa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarga, para shahabat dan orang-orang yang mengikuti sunah Rasulullah hingga hari kiamat. Tak lupa khatib mewasiatkan takwa kepada diri khatib pribadi dan kepada jamaah semua, lantaran takwa menjadi bekal terbaik untuk menghadap sang pencipta. Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Istilah fakir, sering diidentikkan dengan orang yang tidak memiliki harta yang cukup untuk kelangsungan hidup secara layak. Karenanya, dalam aturan fikih orang fakir berhak menerima zakat. Inilah satu makna dari fakir, tidak memiliki harta yang bisa menutupi kebutuhan hidupnya. Namun makna kefakiran yang lebih umum adalah ibaaratun an faqdi maa huwa muhtaajun ilaihiโ€™, ungkapan terhadap ketiadaan sesuatu yang dibutuhkan, seperti yang dijelaskan al-Ghazali dalam Ihyaโ€™-nya. Dari sudut pandang ini, seseorang cukup dikatakan fakir ketika masih ada kebutuhan atau keperluan yang belum bisa ia dapatkan. Maka tidak diragukan lagi, bahwa segala yang ada selain Allah Taโ€™ala adalah fakir. Firman Allah Taโ€™ala, ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฃูŽู†ู’ุชูู…ู ุงู„ู’ููู‚ูŽุฑูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูŽู†ููŠู‘ู ุงู„ู’ุญูŽู…ููŠุฏู [ูุงุทุฑ/15] โ€œWahai manusia, kamulah yang fakir kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji.โ€ QS. Faathir 15 Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Sisi kefakiran manusia bisa dibilang nyaris atau bahkan tak terhingga, karena hajat keperluan manusia memang tak ada hingganya. Selalu ada tuntutan kebutuhan yang ingin diraihnya, sebagai apapun dan kapanpun ia berada. Yang sakit butuh sembuh, yang sehat ingin berkarya. Yang miskin ingin kaya, yang kaya ingin wibawa. Karyawan butuh pekerjaan, pengusaha pun butuh karyawan. Rakyat mengharap bantuan pejabat, pejabat juga butuh dukungan rakyat. Yang bujang ingin menikah, yang menikah ingin memiliki anak, yang memiliki anak ingin juga agar anak bisa berbakti kepadanya. Dan begitulah, setiap manusia memiliki sisi kefakiran, selalu ada kebutuhan yang ingin diraihnya. Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Karena fakirnya manusia, maka tatkala manusia membantu orang lainpun, sebenarnya ia lakukan demi membantu dirinya sendiri. Karena tak ada bantuan tanpa pamrih, tak ada pertolongan yang murni tanpa tendensi. Dengan kata lain, ketika sesorang berbuat baik kepada orang lain, cepat atau lambat, langsung atau tidak langsung sejatinya kebaikan itu hanyalah jembatan yang ia gunakan untuk membantu dirinya sendiri mendapatkan apa yang ia butuhkan. Yang membedakan manusia dari sisi ini hanyalah jenis tendensi yang dmiliki dan lebih khusus lagi, kepada siapa harapan itu ditujukan. Ada seseorang yang berbuat baik kepada orang lain, tapi tujuan ia membantu karena ingin mendapat sesuatu yang sama atau lebih dari orang yang dibantunya. Seandainya tak ada gambaran keuntungan yang bisa diharapkan dari orang yang hendak dibantunya, niscaya ia tidak akan membantunya. Seperti membantu tetangga dalam penyelenggaraan resepsi agar kelak tetangga membantunya pula saat ia menyelenggarakan resepsi. Memberi kado pernikahan agar saat dia menikah juga mendapat kado balasan. Atau mengulurkan bantuan kepada orang lain agar yang dibantu bisa memberikan peluang pekerjaan, dan masih banyak lagi kasus yang lain. Singkatnya, sebenarnya ia yang membutuhkan bantuan, lalu dia membantu orang lain agar kebutuhnnya terpenuhi. Balasan yang diharapkan, tak selalu berupa materi. Karena ada orang-orang yang sudah berkecukupan secara materi, tapi masih membutuhkan ucapan terimakasih, butuh pengakuan, penghormatan, penokohan atau hanya sekedar kalimat pujian. Seandainya bantuannya tidak membuahkan apa yang mereka kehendaki, niscaya akan ada keluhan dan penyesalan. โ€œSi fulan tidak tahu terimakasihโ€ฆair susu dibalas air tubaโ€ฆkacang lupa kulitnya,โ€ dan banyak lagi keluhan senada dilontarkan. Dan selagi seseorang membantu orang lain agar orang lain membantunya, dia harus bersiap-siap untuk kecewa. Karena manusia banyak lupa akan jasa orang lain terhadapnya. Dan sebagian lagi tidak menganggap istimewa bantuan kita, dan yang lain memang tidak pandai berterimakasih. Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Yang paling istimewa adalah orang yang membantu orang lain, namun dia berharap gantinya kepada Allah. Tak masalah baginya membantu orang yang sudah dikenal atau belum dikenalnya, ada potensi balas budi atau tidak, baginya tidak menjadi soal, karena bukan balasan dari mereka yang diharapkan, tapi balasan dari Allah. Seperti perkataan al-abraarโ€™ orang-orang yang berbakti dalam firman-Nya, ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู†ูุทู’ุนูู…ููƒูู…ู’ ู„ููˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู„ูŽุง ู†ูุฑููŠุฏู ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ุฌูŽุฒูŽุงุกู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ุดููƒููˆุฑู‹ุง โ€œSesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula ucapan terima kasih.โ€ QS. al-Insan 9 Dia tidak menjadi sedih lantaran kebaikannya tak dibalas secara layak, tidak disambut dengan ucapan terimakasih, atau bahkan mendapat perlakuan yang sebaliknya. Karena memang bukan dari mereka balasan diharapkan. Mereka yakin, Allah tidak melupakan kebaikannya, akan menghargai usahanya dan membalasnya dengan balasan yang lebih baik, dan Allah tidak pernah salah dalam mengkalkulasi kebaikan pelakunya. Dan hanya Allah yang bisa membalas kebaikan dengan sempurna, bagi orang yang memang berharap kepada-Nya. Firman Allah Taโ€™ala, ูˆูŽู…ูŽุง ุชูู†ููู‚ููˆุง ู…ูู†ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑู ูŠููˆูŽูู‘ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู†ุชูู…ู’ ู„ูŽุง ุชูุธู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ๏ดฟูขูงูข๏ดพ โ€œDan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya dirugikan.โ€ QS. al-Baqarah 272 Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Begitu dalamnya penghayatan seorang ulama tabiโ€™in Rabiโ€™ bin Khutsaim dalam persoalan ini. Hingga di saat sakit, ia memberikan roti kesukaannya kepada seorang pengemis tua yang tampak kurang waras. Hingga anaknya berkata, โ€œSemoga Allah merahmati ayah, ibu telah bersusah payah membuatkan roti istimewa untuk ayah, kami sangat berharap agar ayah mau menyantapnya, namun tiba-tiba ayah berikan roti itu kepada orang linglung yang tidak tahu apa yang sedang dimakannya.โ€ Beliau menjawab dengan bijak, โ€œWahai putraku, kalaupun ia tidak tahu apa yang dimakannya, maka sesungguhnya Allah Maha Tahu.โ€ Maโ€™asyiral muslimin rahimakumullah, Begitulah, semua manusia memang fakir, akan tetapi hendaknya kefakiran kita tertuju kepada Allah, bukan kepada makhluk yang sama-sama fakir. Ya Allah, rahmat-Mu senantiasa kami harapkan, maka janganlah Engkau serahkan nasib kami kepada kami sendiri meskipun sekejap mata. Perbaikilah urusan kami seluruhnya, tiada ilah yang haq kecuali Engkau. Aamiin. ุฃูŽู‚ููˆู’ู„ู ู‚ูŽูˆู’ู„ููŠู’ ู‡ุฐุง ูˆูŽุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ููŠู’ ูˆูŽู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูุณูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ู‘ู ุฐูŽู†ู’ุจูุŒ ููŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููˆู’ู‡ู ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูŽูููˆู’ุฑู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู KHUTBAH KEDUA ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏูŽ ู„ู„ู‡ู ู†ูŽุญู’ู…ูŽุฏูู‡ู ูˆูŽู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ูู‡ู ูˆูŽู†ูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑูู‡ูุŒ ูˆูŽู†ูŽุนููˆู’ุฐู ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ุดูุฑููˆู’ุฑู ุฃูŽู†ู’ููุณูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูู†ู’ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูู†ูŽุงุŒ ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุฏูู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ููŽู„ูŽุง ู…ูุถูู„ู‘ูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุถู’ู„ูู„ู’ ููŽู„ูŽุง ู‡ูŽุงุฏููŠูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ุฃุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃู†ู’ ู„ุงูŽ ุฅูู„ูฐู‡ ุฅู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูฐู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู. ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูุŒ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ู‘ููˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ู‹ุง ุงู„ู‘ูŽู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽุจููŠู‘ูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ุฎูู„ูŽููŽุงุฆูู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู‡ู’ุฏููŠู‘ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุณูŽุงุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽู‡ู’ุฌูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุชูู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู… ุงุบููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ูŠู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู…ู’ุณูู„ู’ู…ุงุชู ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ูŠู†ูŽ ูˆุงู„ู…ุคู…ู†ุงุชู ุงูŽู„ุฃูŽุญู’ูŠูŽุงุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู… ูˆุงูŽู„ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู…ูŽู‘ ุงู†ู’ุตูุฑู’ ุฌููŠููˆุณูŽ ุงู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุนูŽุณูŽุงูƒูุฑูŽ ุงู„ู…ููˆูŽุญูู‘ุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฏูŽู…ูู‘ุฑู’ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽูƒูŽ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽ ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ูˆูŽุฃูŽุนู’ู„ู ูƒูŽู„ูู…ูŽุชูŽูƒูŽ ุฅู„ูŠ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ุงู„ู„ู‡ูู…ูŽู‘ ุงู†ู’ุตูุฑู’ ุฏูุนูŽุงุชูŽู†ูŽุง ูˆูŽุนูู„ูŽู…ูŽุงุฆู†ูŽุงูŽ ุงู„ู…ูŽุธู’ู„ูˆูู…ููŠู’ู†ูŽ ุชูŽุญู’ุชูŽ ูˆูŽุทู’ุฃูŽุฉู ุงู„ุธุงู„ูู…ููŠู† ูˆูŽููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ููŽุงุณูู‚ููŠู†ูŽ ูˆูŽุญูู‚ู’ุฏู ุงู„ุญูŽุงู‚ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุจูุบู’ุถู ุงู„ุญูŽุงุณูุฏููŠู† ูˆูŽุฎููŠูŽุงู†ูŽุฉู ุงู„ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุงู‚ู’ุณูู…ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุชููƒูŽ ู…ูŽุง ุชูŽุญููˆู„ู ุจูู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุนูŽุงุตููŠูƒูŽ ุŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุทูŽุงุนูŽุชููƒูŽ ู…ูŽุง ุชูุจูŽู„ูู‘ุบูู†ูŽุง ุจูู‡ู ุฌูŽู†ูŽู‘ุชูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู†ู ู…ูŽุง ุชูู‡ูŽูˆูู‘ู†ู ุจูู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูุตููŠุจูŽุงุชู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุŒ ูˆูŽู…ูŽุชูู‘ุนู’ู†ูŽุง ุจูุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุนูู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุชูู†ูŽุง ู…ูŽุง ุฃูŽุญู’ูŠูŽูŠู’ุชูŽู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฑูุซูŽ ู…ูู†ูŽู‘ุง ุŒ ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุซูŽุฃู’ุฑูŽู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุธูŽู„ูŽู…ูŽู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุงุฏูŽุงู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽู„ุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู…ูุตููŠุจูŽุชูŽู†ูŽุง ูููŠ ุฏููŠู†ูู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽู„ุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑูŽ ู‡ูŽู…ูู‘ู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽู„ุง ู…ูŽุจู’ู„ูŽุบูŽ ุนูู„ู’ู…ูู†ูŽุง ุŒ ูˆูŽู„ุง ุชูุณูŽู„ูู‘ุทู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ุง ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ูู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ูŽุง ุชูุฒูุบู’ ู‚ูู„ููˆุจูŽู†ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุฅูุฐู’ ู‡ูŽุฏูŽูŠู’ุชูŽู†ูŽุง ูˆูŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ุนูŽู„ูŠ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุฎูŽู„ู’ู‚ููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŠ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ุนูŽุงู„ู…ูŽูŠู† Web server is down Error code 521 2023-06-13 170908 UTC What happened? The web server is not returning a connection. As a result, the web page is not displaying. What can I do? If you are a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you are the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not responding. Additional troubleshooting information. Cloudflare Ray ID 7d6bf0874a8a0be5 โ€ข Your IP โ€ข Performance & security by Cloudflare

berharap hanya kepada allah bukan manusia